Kamis, 07 April 2011

Curhat,Diam,Menangis atau Sabar

Banyak yang mengatakan hidup akan lebih indah kalau tidak ada masalah,banyak juga yang mengatakan hidup akan lebih berwarna dengan permasalahan yang ada. Mungkin semua itu akan menjadi lebih baik dengan dan bagai mana cara kita menyikapinya. Nah ketika permasalahan datang setiap orang akan menyikapinya dengan cara yang berbeda pula ,ada yang Curhat,Diam,Menangis atau Sabar.

Curhat  : biasanya curhat banyak dilakukan oleh para kaum hawa ,bukan berarti tidak bagi kaum adam, ketika mendapatkan masalah,dengan curhat beban yang ada dihati terhadap masalah yang ada mungkin bisa berkurang, apalagi teman curhat memberikan saran atau nasehat yang baik, tetapi hati hati memilih teman curhat,salah salah yang ada permaslahan kita bukan berkurang ,melainkan bertambah karena menjadi konsumsi publik, agar curhat meringankan permasalahan langkah yang diambil
1. pilihlah orang atau teman curhat yang memang teman baik kita,karena kita lebih tau pribadi orang tersebut
2. biasakan curhat di tempat yang tenang karena emosi kita akan lebih terkontrol
3. usahakan semua saran yang diberikan teman curhat tidak 100 persen diterima,atau pilih yang dianggap baik saja
4. mintalah kepada teman curhat agar masalah anda jangan dipublikasikan kepada semua orang tanpa pengetahuan dan permintaan anda

Diam    : ketika permasalahan hadir dalam hidup kita,mungkin dengan diam anda menganggap inilah yang tebaik,tetapi ternyata diam mempunyai sedikit efek bahaya bagi orang yang mempunyai masalah,karena beban akan dipikul sendiri akibatnya bisa meyebabkan depresi

Menangis  : meski terlihat cengeng ketika menangis,ternyata bagi yang memiliki masalah menangis bisa memberikan ketenagan,karena rasa marah ataupun bersalah dapat diungkapkan dengan menangis

Sabar    : sabar merupakan kata kunci bagi seluruh permasalahan yang ada,dengan sabar banyak masalah bisa diselesaikan dengan baik

Bagai mana dengan anda,ketika masalah datang langkah apa yang anda ambil ?

Selasa, 05 April 2011

Lama Tidak Membaca

Lama tidak membaca
Pengetahuan ini terasa buta
Bagaikan berkaca tanpa cahaya
Hitam tidak ada rupa


Lama tidak membaca
Aku diam orang tertawa
Mereka berkata aku lupa
Mereka berada aku tiada

Lama tidak membaca
Seperti angin tak bersuara
Diam tanpa kata
Takut akan yang ada

Lama tidak membaca
Mencoba duduk di suatu area
Merenungkan semua yang tiada
Berharap bintang datang dengan saudara

Senin, 04 April 2011

Celoteh Dalam Angkot Yang Terpotong

Setiap pukul delapan pagi,2 tahun yang lalu aku sudah harus berada di dalam angkot,karena bila lewat dari pukul delapan berarti aku sudah tidak mendapatkan uang makan,akibat terlambat. Seperti biasa kalau pagi penumpang angkot hampir sembilan puluh persen perempuan,terkadang mereka semua sama seperti ku tidak saling kenal dengan penumpang di sebelah,tetapi kalau ada yang tidak sengaja bertemu apalagi teman lama bisa dibayangkan sepanjang perjalanan telingaku tanpa bisa aku cegah mendengar celotehan mereka mulai dari "hai apa kabar " hingga "eh eh tau ngak,si anu ternyata begitu". Agak bising sih,tapi kalau ceritanya menarik terkadang aku serius juga mendengarnya.

Dari sekian ratus celoteh dalam angkot yang setiap hari aku dengar, paling menarik adalah percakapan dua orang WTS yang baru pulang dari rutinitas malamnya,mereka berdua bisa dikatakan cantik, tinggi kulit putih dengan rambut terurai dan berwarna. Dari percakapan yang aku dengar diantara mereka ada yang sudah memiliki suami dan satu anak lelaki berumur dua tahun. Sebut saja Ani yang memiliki anak dan Meri teman seprofesi yang baru berusia 22 tahun.  Ternyata si Meri semalam mendapatkan tamu tajir Om Baram namanya, Om Baram  merupakan langganan tetap Ani, tetapi karena malam itu Ani mendapatkan tamu duluan direkomendasikan ke Meri yang memang merupakan sahabat baik Ani.

Meri ternyata baru pertama kali melayani Om Baram,dari cerita yang ku tangkap lagi, ternyata Meri sangat senang Om Baram,selain tajir ternyata paras Om Baram yang setengah baya itu bisa dikategorikan lelaki metroseksual   tampan dengan nilai delapan.

Meri bilang ke Ani kalau tanpa dibayarpun ia mau melayani Om Baram bahkan siap jadi istri ke tiga atau ke empat, maklum Om Baram  tanpa sengaja atau mungkin karena dari pertemuan awal sudah disukai Meri,ternyata bisa memuaskan secara emosional (itu kata Meri yang aku dengar ).
Kalau ngak salah seperti ini percakapan mereka :

Meri  : Mbak Ani makasih ya udah nemuin aku dengan Om Baram,yaa ampuuuuuuun mbak tu om om kok tajir amat ya,emang dia kerjanya apa,sumpah mbak tu orang cakep amat jadi suka akika.
Ani   : Kalau yang ia cerita ke aku katanya sih selain punya showroom mobil ia juga punya kebun karet puluhan hektar di daerah sumsel. Kamu semalem ke hotel mana? terus dia minta apa,soalnya dia punya kebiasaan kalo sama aku,aku disuruh enggak buka baju kalau ML ama dia.
Meri  : Wah wah sama mbak sama aku,semalam  aku juga disurunya begitu,pas aku mau buka si Om bilang"udah jangan dibuka nyantai aja,kamu lebih seksi kok pakek baju item ini ",aku bingung mbak jarang jarang tamu ku yang seperti ini,biasanya kalo udah di kamar main pelorot aja.
Ani   : iya emang si om begitu Mer,enaknya lagi si om kasi uangnya banyak yah..kalo aku walau cuma satu ronde dikasinya 750,banyak kan,pokonya lumayan buat tambahan beli susu.
Meri  : kalo aku dikasi satu jeti katanya ini untuk perkenalan.
Ani   : wah banyak tuh
Meri : iya mbak,ya biasa kita paling kenceng satu orang seratus ampe dua ratus lima puluh,eh ini bedeblek langsung satu jeti em, entar besok aku traktir yah.
Ani  : si Om kalo sama aku suka lama keluarnya,kadang capek,tapi karna uangnya kenceng jadi enjoy ngeladeninya,tapi ada yang aku benci si Om suka nenen aku geli Mer
Meri : kok geli Mbak bukanya udah biasa nenenin si adek.
Ani  : Iya ,tapi si adekkan kecil
Meri : Lah bapaknya khan udah gede sama kayak Om Baram
Ani  : ya tapi itukan lain suami kita,jujur Mer aku selain aom Baram semua tamu ku dilarang nenen,kalo pegang pegang sih boleh.
Meri : Oh gitu ya mbak aku baru tau,kalo aku semalam ya gitu,semua permintaanya aku turutin,abis aku suka,tubuhnya harum ,putihh pokoknya semriwing deh mbak,lain sam yang lain.
Ani : Meski aku ini begini tapi jujur aku masih belum bisa terima kalo digituin (nenen) bawannya aneh aja,terus suka kebayang sama anak,ngak tau ya,aku belum bisa sevulgar itu meski aku WTS em.
Meri : oh gitu ya mbak

Belum selesai mendengar percakapan menarik mereka selanjutnya eh kantorku tempat mencari rupiah udah nyampe,yah mau tidak mau telingaku hanya mendengar celoteh yang terpotong.  Meski udah nyampe di kantor dan meletakkan tas kerjaku di atas meja aku masih memikirkan dua cerita wanita malam tadi,ternyata meski dikatakan wanita jalang ternyata mereka masih memiliki nurani,masih punya rasa malu dan tidak mau,bahkan masih sempat memikirkan anak mereka,cuma yang jadi pikiran itu suami kemana kok membiarkan istri nya dipakai orang lain,atau memang istri mereka adalah aset berharga untuk uang rokok.

Minggu, 03 April 2011

Keluargaku Sahabatku


My Life


Jalan Cinta ~ Khalil Gibran


Untuk anak-anakku,
Yang sedang bertanya-tanya
Tentang masa depan yang tersembunyi dan terbayang begitu jauh
Berharap-harap tentang hidup yang sedang dan akan dihadapinya
Anak-anakku,
yang sedang mencari keyakinan jiwa
Terhadap jiwa lain yang menjadi pasangan jiwanya
Anak-anakku,
Yang sedang gelisah
Menjalani hidup yang penuh ketidakpastian
Dan godaan-godaan yang memberatkan
Anak-anakku,
Yang semakin dewasa
Dan penuh dengan beban tanggungjawab kehidupan
Aku berdoa untuk kalian
Ya Allah,
Karuniakanlah kebajikan dan keteguhan hati kepada mereka
Jiwa-jiwa yang sedang tumbuh dewasa
Bersihkanlah jiwa mereka
Masukkanlah mereka dalam lindunganMu dan pemeliharaanMu
Anakku,
Pada mulanya engkau dan dia bertemu dalam ketidaksengajaan
Karena sejak mulanya adalah engkau dan dia dipertemukan
Oleh Tangan Gaib yang mengatur kehidupan
Dan sejak engkau bertemu lelaki bermata kuat
Dengan tatapannya yang tajam
Ada yang tersentak dari dalam dadamu
Engkau sering menyendiri duduk dalam gelap
bersenandung nyanyian kasmaran
Dan tersenyum entah untuk siapa
Nampaknya engkau tengah mabuk kepayang
memahat langit dengan angan-angan
mengukir malam dengan bayang-bayang
Jangan hanya diam engkau simpan dalam duduk termenung
Malam yang engkau sapa lewat tanpa jawab
Bersikaplah jujur dan terbuka
Tumpahkanlah perasaan yang sarat dengan cinta yang panas bergelora
Barangkali takdir tengah bicara
Telah datang seorang lelaki diperuntukkan buatmu
Dan pandangan matanya memang khusus buatmu
Mengapa engkau harus sembunyi dari kenyataan
Cinta kasih sejati kadang datang tak terduga
Bergegaslah bangun dari mimpi
Atau engkau akan kehilangan keindahan yang tengah engkau genggam
Anggap saja takdir tengah bicara
Ia datang dari langit buatmu dan pandangan matanya khusus buatmu
Engkau akan segera menyadari
Keadaannya tidaklah jauh berbeda
Takdir tengah bicara kepadanya
Ada yang tersentak dari dalam dadanya
Sejak ia bertemu denganmu gadis bermata lembut
Dan tatapanmu yang sejuk
Ia mengasingkan diri dari keriuhan
Merenungi keajaiban ruhaniah yang menggetarkan jiwanya
Bermalam-malam lewat tanpa jawab
Berharap-harap ia bertemu lagi denganmu
Menyusun angan-angan duduk berdua di bawah pohon cemara
Dan bercerita tentang sepasang burung yang bercumbu di atas dahan
Ia menyematkan kembang di rambut telinga kananmu
Lalu waktu yang engkau dan dia bayangkan pun tiba
Engkau bertemu dengannya berdiri di dekat duduknya
Tetapi ia hanya duduk terdiam
Engkaupun hanya berdiri terpaku berharap-harap
Ia berdiri mendekat ke hadapanmu dan menyapamu
Angin dan daunan dan waktu bercanda menunggu
Tetapi engkau dan dia tidak beranjak menyambut suara alam
Yang mengabarkan harapanmu terhadapnya
Dan mengabarkan hasratnya terhadapmu
Keraguanlah yang menyelimuti langkahmu
Engkau ragu keliru memahami pandangan matanya
Ketakutanlah yang menyelubungi langkahnya
Ia takut menemui kenyataanmu yang berbeda
Waktu berlalu dan engkau dan dia berlalu
Sejak ia berlalu dari hadapanmu
Sepi menggelayut di dalam dadamu dan rindu bayang-bayangnya
Sejak engkau berlalu dari hadapannya
Di dadanya bergelayut sepi dan rindu bayang-bayangmu
Engkau dan dia memang tidak seperti kanak-kanak lagi
Kanak-kanak tidak pandai berdusta apalagi terhadap perasaan di dada
Kanak-kanak yang begitu jujur tentang apa yang disukainya atau
dibencinya
Dan disampaikannya dengan tanpa beban
Sedang engkau menyembunyikan darinya
Perasaanmu yang bergelora
Dan dia menyembunyikan darimu
Hasratnya yang membara
Kedua-duanya bersembunyi dibalik harga diri
Mengapa engkau dan dia tidak bersegera mengikuti panggilan jiwa
Yang disatukan Tangan Gaib dalam cinta
Anugerah yang mengejawantah dalam dirimu dan dirinya
Pabila cinta telah memanggilmu ikutilah jalannya
Meski dibalik sayapnya yang anggun
Tersimpan pedang tajam melukaimu
Yakinlah anugerah gaibNya akan membimbing engkau dan dia
Dalam perjalanan yang menggembirakan betapa pun jauhnya
Apabila anugerah cinta telah melingkupi jiwamu dan jiwanya
Maka atas kehendakNya engkau dan dia akan dipertemukan
Betapapun engkau tidak menginginkan
Atau dia tidak menghendaki
Apabila hanya hasrat dan gelora nafsu yang melingkupi jiwamu dan
jiwanya
Maka atas kehendakNya engkau dan dia akan dipisahkan
Betapapun engkau ingin menemukannya
Atau dia ingin menemukanmu
Sesungguhnya atas kehendakNyalah engkau dan dia dipertemukan atau
dipisahkan
Nampaknya kegelisahanmu dan hasratnya
Hendak dipertemukan olehNya dalam cinta
Sehingga waktu membuatmu sering berhadapan dengannya
Dan ruang sering menempatkannya di dekatmu
Lalu engkau dan dia menjadi lebih mudah berbicara
Dan mendekatkan jiwamu dengan jiwanya
Sampai tiba waktu yang engkau dan dia tunggu
Benih yang dianugerahkan untukmu dan untuknya
Telah mulai bersemi dan tumbuh sebagai pohon cinta dengan cepatnya
Kalian menjadi sepasang kekasih yang saling mengikat janji setia
Sepasang kekasih saling menumpahkan perasaan
Mengikat waktu dengan memadu rindu
Saling bercerita tentang kegembiraan
Saling bercerita tentang kesedihan
Saling membagi tentang harapan dan beban
Memupuk pohon cinta dengan terbuka
Kepercayaan dan keikhlasan tentang hidup yang nampak atau tersembunyi
Memberikan dengan segala kerelaan kesempatan dan dukungan
Meminta dengan lembut pembelaan dan perlindungan
Memberikan pengertian dengan sepenuh hati dan pikiran
Sepasang kekasih saling menjaga dan memelihara
Karena ada kalanya di tengah waktu
Datang masa-masa yang mengganggu dan membingungkan
Menjadi masalah dan kemarahan
Lalu seperti kanak-kanak kalian saling membenci
Tentang keadaannya yang tidak engkau inginkan
Tentang keadaanmu yang tidak dia inginkan
Lalu seperti kanak-kanak kalian saling berdiam
Tentang ketidakmengertiannya terhadap keinginanmu
Tentang ketidakmengertianmu terhadap keinginannya
Anugerah cinta, harapan dan kedewasaan yang membimbing kalian
Membawamu kembali mendekat kepadanya
Membawanya kembali mendekat kepadamu
Lalu kalian saling bercerita
Tentang pemeliharaan dan penjagaan sepasang kekasih
Lalu kalian saling mengingatkan tentang pohon cinta yang kalian
ikrarkan
Di sepanjang perjalanan selalu datang kabut
Mengaburkan pandangan dan menghalangi tujuan hidup
Kekuatanmu dan kekuatannya dan anugerah cinta yang dapat
membersihkannya
Maka hanya kepadaNya berlindung dan berserah diri
Sepasang kekasih memohon penjagaan dan pemeliharaan
Sepasang kekasih memohon limpahan kasih sayang
Pohon cinta tumbuh subur dan semakin dewasa
Akarnya semakin kuat dan pokoknya semakin kokoh
Daunnya semakin rimbun meneduhi
Pohon dewasa yang siap berbunga dan berbuah
Dalam jiwamu mulai tumbuh perasaan-perasaan baru
Tentang tujuan dan harapan pohon cinta
Akankah ini berbunga dan berbuah dengan lebatnya
Engkau menjadi putik benih bagi hidup baru
Dan dia menjadi sari menghidupkan benih
Dalam jiwanya mulai tumbuh gagasan-gagasan baru
Tentang kedewasaan pohon cinta dan tujuan dan harapannya
Akankah ini berbunga dan berbuah dengan lebatnya
Akankah dia menikmatinya bermusim-musim
Malam-malam berlalu tanpa jawab
Kegelisahanmu dan kegundahannya dipertemukan dalam diam
Engkau tidak tahu bagaimana memulai kata ungkapan tentang perasaanmu
yang baru
Dia tidak tahu bagaimana menceritakan gagasannya yang baru
Kedewasaanmu dan kedewasaannya mendapat ujian
Menghadapi kenyataan dengan terbuka dan jujur
Bermalam-malam berlalu dengan doa
Engkau dan dia berdoa
Ya Allah,
Bersihkanlah diriku, jernihkanlah pikiranku, beningkanlah hatiku
Tunjukkanlah kepadaku keyakinan yang benar
Pilihkanlah bagiku asal yang baik dan akhir yang baik
Sampai tiba waktunya
Engkau dan dia dikuatkan
Saling membuka dan bercerita tentang hal yang sama
Dan kalian saling tertawa tentang kekakuan beberapa masa sebelumnya
Kalian saling memantapkan harapan dan tujuan
Kalian saling mengingatkan tanggungjawab dan kenyataan hidup
Kalian saling setuju hidup bersekutu
Maka atas KehendakNYa kalian dipersatukan
Atas NamaNya kalian menjadi Suami Istri dengan kasih sayang
Berjanji saling menjaga dan mengingatkan tentang kebaikan
Saling melindungi dan mendukung dalam kehidupan
Dan hidup menjadi lebih nyata dan membahagiakan
Begitulah kalian menjalani hidup bersekutu
Bulan-bulan berlimpah kegembiraan dan kesenangan
Memadu kasih dengan bahagia tanpa kesedihan dan kegelisahan
Seolah-olah hanya kalian berdua yang ada di dunia
Lalu waktu berjalan semakin panjang
Dan hidup menjadi semakin nyata
Keriuhan dan gejolak hidup menampakkan wujudnya
Engkau mengandung anakmu yang pertama
Lalu seperti mendapat jiwa lain bersemayam dalam tubuhmu
Engkau dan dia merasakan ikatan yang batin
Suamimu bergembira dan menjadi semakin dewasa
Sembilan bulan engkau menjaga anak dalam kandunganmu
Dengan susah payah yang bertumpuk
Ada kalanya engkau menyimpan marah dan kesal
Ada kalanya engkau begitu gembira dan bahagia
Penuh syukur dan doa kepadaNya
Ketika tiba saatnya
Beban kandungan semakin memuncak
Punggungmu semakin berat dan payah
Pinggangmu semakin pegal dan sulit bernapas
Anakmu mengabarkan waktunya semakin dekat
Dan engkau melahirkannya dengan kesulitan dan berat
Antara rasa hidup dan mati yang menyakitkan
Suamimu menjagamu dan menguatkanmu
Ketika suara tangis bayi terdengar
Manusia baru telah lahir di tengah-tengah keluargamu
Dan engkau merasakan kebahagiaan yang tinggi
Memeluk bayi basah begitu merah
Jiwamu penuh dengannya dan jiwanya mengenalimu sebagai ibunya
Udara seperti penuh malaikat-malaikat suci
Menyambut dengan doa kehadiran anakmu
Membisikkan kepadamu harapan-harapan dan janji dari Tuhan
Hidupmu menjadi begitu berharga dan mulia
Dan mendapat tempat istimewa di surgaNya
Engkau menjadi ibu
Suamimu menjadi bapak
Engkaupun mengasuh dan memeliharanya
Dengan kasih sayang yang berlimpah
Jiwamu terikat dengan jiwanya
Air susu yang engkau minumkan kepadanya
Menjadi air jiwa bagi anakmu
Dan kebahagiaannya meminum air susumu
Menjadi tali yang tidak pernah putus bagimu
Kemanapun engkau bepergian
Yang ada dalam hati dan pikiranmu hanyalah wajah mungilnya
Maka bila tiba waktu pulang
Engkau bergegas dan cepat-cepat hendak sampai rumah
Di halaman engkau dengar tangisnya
Ia mencium aroma tubuhmu lewat angin
Hatimu tersayat-sayat penuh dengan rasa rindu bergumpal-gumpal di
dadamu
Air susumu menetes karenanya
Tidak sabar engkau angkat dan engkau cium wajahnya
Disambutnya engkau dengan senyum dari mulut mungil
Dan mata lucu yang merasa aman pelindungnya telah datang
Diusap-usapnya dengan kedua tangan mungil kulit wajahmu yang lekat di
wajahnya
Seolah-olah dapat dipastikan olehnya halus kulit wajahmu
Matanya semakin berbinar
Mendapati air susumu yang segar dan menyehatkan
Dan hatimu semakin bersinar
Kebahagiaan yang bertumpuk di atas kebahagiaan
Engkau lupakan semua lelah dan payah yang engkau jalani
Menungguinya bermalam-malam tanpa tidur
Ketika merengek ia basah oleh ompol atau kotoran
Ketika menangis ia tengah malam haus atau lapar
Waktu terus berjalan
Engkau melihat anakmu tumbuh berkembang
Belajar berguling dan menengkurapkan tubuhnya
Belajar merangkak dan berjalan
Dan mengucapkan kata-katanya yang pertama
Engkau mengajarinya memanggilmu ibu
Dan memanggil suamimu bapak
Engkau mengajarinya tentang alam
Api itu panas es itu dingin
Obat itu menyembuhkan racun itu mematikan
Engkau mengajarinya makan dan memakai baju
Menyisirkan rambutnya
Sambil bersenandung lagu kesukaannya
Dan menggumam betapa eloknya anakmu
Kesukaanmu kepadanya bertambah-tambah
Ikatanmu terhadapnya semakin kuatnya
Sedikit saja ia luka terjatuh atau tersayat pisau
Engkau begitu khawatirnya
Seolah-olah darah yang tumpah itu adalah darahmu sendiri
Dan kulitmulah yang tersayat atau luka
Begitu sayangnya engkau kepadanya
Sehingga yang engkau ucapkan adalah rasa marah
Yang lalu rasa sedihmu sebab telah memarahinya
Membuatmu menggendongnya dan mengusap lembut lukanya
Dengan obat yang paling lunak tetapi menyembuhkan
Engkau melihat anakmu tumbuh semakin dewasa
Dan menghadapi hidup dengan jalannya sendiri
Engkau semakin kesulitan menghadapinya
Seolah-olah ia tidak dapat mengerti keinginanmu
Dan engkau tidak lagi mengerti keinginannya
Ia hidup dengan teman-temannya sendiri
Berbicara sedikit denganmu dan dengan suamimu
Ia seolah-olah semakin jauh
Engkau bimbang dan gagap menghadapi dunianya yang berubah
Rasa cintamu kepadanya begitu ingin
Mengikatnya dalam rengkuhanmu
Mengamankannya dalam dekapanmu
Menggendong dan mengelus wajahnya seperti ketika ia kecil
Sedang gagasanmu tentang tantangan hidupnya begitu ingin
Membebaskannya melakukan pencarian
Mendukungnya tumbuh dan belajar menghadapi masa depannya
Melepaskannya untuk hidup dalam masanya
Sampai tiba waktunya ia benar-benar menjadi dewasa
Dan memahami duniamu dengan lebih leluasa
Dan engkau memahami dunianya dengan lebih lega
Percaya dan ikhlas tentangnya
Yakin karena engkau telah membimbingnya dengan benar
Maka engkau berdoa untuk anakmu setiap malam dalam sujud
Ya, Allah,
Tunjukkanlah kepada anakku jalan yang benar
Dekatkanlah ia kepada jalanMu
Bimbinglah ia, jagalah ia, lindungilah ia
Berikanlah kepadanya keteguhan dan keyakinan yang kuat
Tabahkanlah ia menghadapi hidup
Dan sabarkanlah kami dan bimbinglah kami orang tuanya
Ya Allah,
Kami berserah diri kepadaMu
Tiba waktu bagi anakmu menemukan kekasihnya
Seperti engkau ketika muda
Engkau begitu ingin melihat kekasihnya
Dililit rasa cemburu karena perhatiannya kepadamu
Tidak lagi seperti dahulu
Ia lebih banyak bersama kekasihnya daripada bersamamu
Dan ketika bersamamu
Ia lebih banyak bercerita tentang kekasihnya daripada tentangmu
Engkau merasa akan tiba waktunya
Dan ketika anakmu menikahi kekasihnya
Waktu pun tiba
Engkau berpisah dengannya
Anakmu menjalani hidup sendiri
Mendiami rumahnya sendiri
Bersama dengan istrinya seperti engkau dahulu
Dan hidupmu seolah-olah kesepian
Waktu terus berputar
Dan kalian berdua menjadi begitu tua
Rambut memutih dan tubuh melemah
Kenangan berjalan satu-satu di depan mata
Engkau menjadi memiliki kesadaran dan memahami
Hidup ini bisa begitu mudah atau rumit
Tergantung bagaimana engkau melihat dan menjalaninya
Sekarang engkau telah tua sehingga engkau melihat
Apa yang dahulunya engkau anggap
Sebagai kerumitan dan kesulitan yang besar
Ternyata hanyalah hal yang sederhana dan mudah saja
Ternyata engkau lahir bukan untuk bersiap-siap menghadapi hidup
Engkau lahir adalah untuk hidup dan menjalani hidup
Engkau lalu menjadi begitu pasrah dan ikhlas
Menerima waktu yang semakin habis
Tubuhmu menjadi sakit dan terbaring di dipan
Anak-anakmu yang dekat maupun yang jauh berdatangan
Berdoa dan memohonkan ampun di samping dipan
Mengantarkanmu memenuhi waktu terakhir
Sampai akhirnya engkau pergi meninggalkan dunia dengan tenang
Anak-anakmu bahagia
Melihatmu tersenyum dengan tenang di saat terakhir
Menandakan keberhasilanmu menjalani hidup
Mereka mendoakan
Hidupmu lebih bahagia dan tenang
Di alam yang lebih kekal
Mereka bangga terhadapmu.


~ Khalil Gibran  (1833-1931)